Aku Selalu Bersamamu

Para pujangga di zaman dahulu sekitar beberapa ribu tahun silam, telah mampu membuahkan karya maha agung yang sarat akan nilai kehidupan manusia. Membuahkan karya cerita dalam sebuah buku Mahabarata. Buku tersebut diceritakan kembali dalam versi yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat masa itu, agar kultur serta budaya maupun bahasa yang digunakan dapat tersampaikan dan diterima oleh masyarakat. Pada tahun 1157 zaman kejayaan Maharaja Jayabaya, karya Empu Sedah ditransformasikan kembali pada abad ke-18 oleh raja-raja di Jawa sebagai sebuah buku cerita Serat Purwakandha.

Benang merah dari latar belakang cerita peperangan yang terjadi masih sangat relevan untuk diangkat sebagai naskah dalam sebuah buku. Dihadapkan dengan kemajuan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan di era teknologi, tim penulis Boom Craft Production berusaha membangun kembali jembatan nilai peradaban yang terputus akibat derasnya kemajuan zaman. Jembatan peradaban nilai yang akan dibangun diharapkan dapat digunakan oleh generasi muda untuk melewati dan menyeberangi derasnya arus pengaruh global. Di mana derasnya arus tersebut mampu memutuskan dan merusakkan jembatan peradaban. Cerita yang tersusun dalam sebuah buku ini mengangkat tinjauan filosofi sebagaimana cerita peperangan Baratayuda Babak Baru di Era Digital, yaitu suatu Peperangan Sejati. Peperangan yang tidak pernah berhenti dan berakhir yang dituangkan dalam sebuah buku cerita berjudul “Aku Selalu Bersamamu.”